November 13, 2016

In Her Eyes


Sekitar 1-2 minggu yang lalu, ibuku menemukan kalo salah satu anak kucing badannya terlalu kecil dan tidur dengan posisi yang aneh - lehernya terlalu miring. Setelah diliat-liat, ternyata dia cacat - tulang lehernya somehow mengalami sesuatu sehingga dia gak mampu buat ngangkat kepalanya sendiri. Selain itu, ternyata ekornya putus.

Karena gak bisa nyusu sendiri, akhirnya kita ngasih dia susu manual pake... susu ultra. W-well, ehem. Dia awalnya gak mau, tapi akhirnya karena merasakan susu yang ena akhirnya ngicep-ngicep. Setelah beberapa hari kemudian, dia sudah bisa nyusu sendiri ke induknya. Kucing ini akhirnya kita beri nama Caca karena... dia cacat. Yeah we're rude but we have no naming sense considering all the names we give to the other cats (Cimeng, Moka, Cino, Mecin, Micha).

Ternyata disitu kita lengah. Ketika kita pikir Caca sudah bisa nyusu sendiri dan mulai ada perkembangan, fisiknya semakin lemah. Pas kusadari dia mulai gak bisa jalan lagi, akhirna kukasih susu. But I can perfectly see on her eyes that she just wants to die. Wajah yang kesakitan, pingin mati aja. That's where I don't want to stop. Sadly, I can't bring her to vet because my mom won't let me. But I still gave her milk.

Hari demi hari ngeongnya semakin besar. Ngeong kesakitan. Sementara aku cuman bisa ngasih dia susu, kakak-kakaknya ternyata membantu dengan menghangatkan badannya. Syit ;_;

Dan akhirnya malem kemarin dia sudah tidak bernafas. Karena hujan, aku gak bisa nguburun dia saat itu juga. Pagi ini baru kuambil dan... badannya keras kek binatang yang diawetin lmao dan bibirnya pucat. She's dead. RIP Caca.

I'll never be able to deal with death.